DAAN MOGOT, PEMUDA GIGIH PEJUANG INDONESIA

Daan Mogot, salah satu contoh pemuda yang dapat diteladani kisah perjuangannya demi tanah air Indonesia

REVIEW NOVEL HUJAN

Novel terbaru karangan Tere Liye berjudul Hujan yang menceritakan kehidupan seorang gadis bernama Lail, salah satu korban selamat dari bencana gunung meletus skala 8 VEI.

AYAT-AYAT CINTA 2

Sebuah novel karya Habiburrahman El Shirazy, merupakan lanjutan dari Ayat-Ayat Cinta 1 yang mengkisahkan hidup seorang muslim Indonesia bernama Fahri.

REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU

Sebuah review novel karya Tere Liye. Novel yang mengisahkan jawaban atas pertanyaan berkecamuk milik Ray atas apa yang ia peroleh sepanjang hidupnya.

FT : SUNDERLAND VS MU 2-1

Bertandang ke Stadium of Light, MU justru kembali tersungkur. Perjalanan menembus empat besar pun kian sulit.

DILAN

Sebuah novel karya Pidi Baiq yang mengangkat kisah percintaan anak SMA. Ceritanya ringan dan menggemaskan.

FT : CHELSEA vs MU 1-1

Bertandang ke Stamford Bridge, MU harus puas berbagi angka. Sempat unggul melalui gol Jesse Lingard, gol Diego Costa pada menit ke-90 memupus harapan MU untuk membawa pulang poin penuh.

NEGERI DI UJUNG TANDUK

Sebuah review Novel karya Tere Liye : Negeri di Ujung Tanduk

Minggu, 13 Agustus 2017

DAAN MOGOT, PEMUDA GIGIH PEJUANG INDONESIA


Elias Daniel Mogot atau yang lebih dikenal dengan Daan Mogot, ia adalah perwira militer berpangkat mayor dan salah seorang pahlawan nasional yang gugur pada tanggal 25 Januari 1946 sewaktu terjadi pertempuran di area markas pasukan tentara jepang di kawasan Kelurahan Lengkong  Wetan, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Daan Mogot lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 28 Desember 1928. Ia anak kelima dari tujuh bersaudara, buah cinta dari pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang. Saudara sepupu Daan Mogot, antara lain Kolonel Alex E. Kawilarang (Panglima Siliwangi, serta Panglima Besar Permesta), dan Irjen Pol A. Gordon Mogot, mantan Kapolda Sulut.

Pada saat umurnya berusia 14 tahun ia sudah mengangkat senjata untuk berperang menghadapi penjajah. Besar dari keluarga tentara dan polisi membuatnya tak gentar walaupun usianya masih terbilang muda. Ia pun bergabung dengan PETA(Pembela Tanah Air), sebenarnya ia tidak memenuhi syarat karena usianya belum genap 18 tahun. Berkat prestasinya ia diangkat menjadi pelatih PETA di Bali dan hingga kemudian dipindahkan ke Batavia.

Selepas proklamasi, Daan Mogot bergabung dengan BKR (Barisan Keamanan Rakyat) dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) bersama pemuda lainnya untuk mempertahankan kemerdekaan. Hebatnya saat itu ia masih berusia 16 tahun, namun sudah berpangkat mayor. Namun saat ia membela negeri ini, ayahnya tewas dibunuh oleh para perampok yang menganggap orang manado sebagai antek-antek Belanda

Namun ia tidak mau lama bersedih, lalu ia mendirikan Akademi Militer di Tangerang. Dan saat usianya 17 tahun ia diangkat menjadi Direktur Militer Akademi Tangerang. Jabatan ini merupakan jabatan tertinggi dan terakhir dalam karir militer anak muda belia tersebut. Ia gugur dalam pertarungan sengit melawan sekutu belanda di Hutan Lengkong Tangerang, Banten.


Hikmah yang diambil dari kisah kepahlawanan Daan Mogot ialah saat usia muda ia telah berbakti untuk negerinya, seharusnya kita sadar bahwa sejarah negeri ini bermula dari kaum pemuda. Agar para pemimpin negeri ini tidak menganggap remeh suara jeritan kaum muda.