Minggu, 28 Februari 2016

AYAT-AYAT CINTA 2 (Review)


Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Tebal : 697 halaman
Penerbit : Republika
Rp 95.000,00 (online via www.bukukita.com plus bonus buku Ayat-Ayat Cinta 1)
Rp 80.750,00 (www.gramedia.com)

Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy (biasa dikenal juga sebagai 'Kang Abik') yang pertama kali terbit pada tahun 2004 silam merupakan salah satu novel yang cukup fenomenal. Pada tahun 2008, Ayat-Ayat Cinta diangkat ke layar lebar dan sukses menarik penonton dengan jumlah yang cukup fantastis. Ayat-Ayat Cinta menjadi awal dari karya-karya beliau yang tak kalah populer seperti Ketika Cinta Bertasbih, Ketika Cinta Bertasbih 2, Bumi Cinta, Dalam Mihrab Cinta, Cinta Suci Zahrana, dan Api Tauhid. Saat mendengar kabar bahwa Ayat-Ayat Cinta 2 sudah terbit dan mulai dipasarkan akhir tahun 2015 lalu, saya langsung bergerak cepat untuk bisa membeli novel yang satu ini. Novel beliau yang selalu menyisipkan unsur islami serta pesan dakwah menjadi salah satu alasan mengapa saya sangat menyukai karya-karya beliau.

Ayat-Ayat Cinta mengisahkan seorang pemuda muslim Indonesia bernama Fahri yang dalam kesehariannya selalu berusaha untuk menjadi pribadi muslim sejati meskipun kian sulit di era seperti sekarang ini. Dikisahkan bahwa Fahri menyelesaikan pendidikan tingginya di Universitas Al Azhar Kairo, kemudian melanjutkan Ph.D-nya di Universitas Freiburg, Jerman dan saat ini mengambil post-doc di Universitas Edinburgh, Skotlandia. Latar Ayat-Ayat Cinta 2 ini memang terpusat di sekitaran Skotlandia, khususnya Edinburgh tempat Fahri menempuh pendidikannya saat ini.

Pada awal cerita, pembaca langsung dibuat terkejut tatkala diceritakan bahwa Fahri telah berpisah dengan istri tercintanya, Aisha. Pembaca pasti akan menebak-nebak apakah Aisha telah bercerai dengan Fahri atau ada alasan lain yang membuat Fahri berpisah dengan Aisha. Selanjutnya, konflik terarah kepada keseharian Fahri yang harus hidup di tengah-tengah tetangganya yang mayoritas adalah non muslim. Mereka inilah yang akan membawa peranan besar dalam membawa alur cerita Fahri di Ayat-Ayat Cinta 2. Berikut adalah tetangga Fahri yang ada diceritakan dalam novel ini :
Nenek Caterina - Seorang nenek Yahudi yang sangat taat dan tinggal menyendiri, sementara anaknya (bukan anak kandung) justru tidak peduli terhadap ibunya sendiri. 
Nona Janet dan kedua anaknya, Keira dan Jason - Sebuah keluarga Nasrani yang sangat membenci umat islam (Islamophobia) terkait insiden Bom London yang menewaskan salah satu anggota keluarga mereka. Mereka mendengar kabar bahwa pelakunya adalah muslim.
Brenda - Seorang wanita Nasrani yang tinggal seorang diri, cukup baik, ramah dan peduli terhadap tetangganya. Awalnya ia suka hidup mewah dan suka mabuk-mabukan.
Sabina - Seorang wanita muslimah yang rusak wajahnya dan hidup dengan mengemis 
Kebencian Keira dan Jason terhadap islam sering dilimpahkan kepada Fahri berupa beberapa tindakan yang cukup mengusik ketenangan hidup Fahri. Fahri pun melancarkan beberapa misi dengan tujuan untuk meluruskan pola pikir Keira dan Jason. Tentunya, bukan melalui jalan kekerasan karena Fahri berpikir jika jalan tersebut yang ia pilih justru akan semakin menambah dalam luka mereka. Sabina yang tinggal menumpang di rumah Fahri pun turut membantu, terutama dalam merawat Nenek Caterina. Konflik lainnya berkutat pada batin Fahri yang masih belum bisa melepas kepergian Aisha, sementara saran agar Fahri segera menikah lagi semakin besar. Puncaknya, saat ia dicalonkan dengan wanita asal Turki yang bernama Hulya yang seakan memiliki kemiripan dengan Aisha. Diterima atau tidaknya Hulya, silahkan dibaca sendiri novelnya, hehee ... Ada cerita menarik juga mengenai Sabina yang sebaiknya lebih enak jika pembaca langsung membaca novelnya.

Overall, konflik yang ada pada novel ini cenderung lebih soft dibandingkan dengan Ayat-Ayat Cinta 1. Seakan tidak ada klimaks yang 'WOW' seperti saat Fahri menang di pengadilan saat Ayat-Ayat Cinta 1. Misteri tentang 'ada apa dan bagaimana Aisha saat ini?' pun sebenarnya sudah bisa ditebak di tengah-tengah cerita. Tokoh Fahri di Ayat-Ayat Cinta 2 pun dapat dianggap jauh lebih sempurna dibandingkan Ayat-Ayat Cinta 1, pasti banyak pembaca yang berkomentar mengenai tokoh Fahri yang terlalu sempurna.

Lantas, apakah novel ini masih recommended untuk dibaca? Saya jawab masih. Jujur, yang saya harapkan dari novel ini bukan hanya sekedar cerita, namun lebih kepada pesan yang coba disampaikan penulis kepada para pembacanya. Pesan dakwah dan muatan ilmu islami di dalamnya sangat kental. Beberapa diskusi dan debat ilmiah yang dilakoni Fahri seakan terbayang seperti tokoh 'Zakir Naik' yang saat ini terkenal juga akan kepiawaiannya dalam berdebat tentang keislaman. Kesempurnaan tokoh Fahri di novel ini pun kiranya untuk menggambarkan bagaimana pribadi seorang muslim seharusnya. Tokoh Fahri mungkin terlalu sempurna bagi kita, namun bukankah seharusnya kita menuntut diri untuk berperilaku sepertinya. Gaya menulis Kang Abik yang detail juga menjadi keunggulan bagi karya-karyanya. Bahkan mengenai latar, saya berpendapat bahwa ia mampu memancing pembacanya untuk bisa menggambarkan bagaimana kondisi keindahan di Edinburgh, Skotlandia. So, silahkan dicoba untuk membaca novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini. Saya pun mulai membayangkan apabila novel ini difilmkan dengan Fedi Nuril sebagai Fahri, lalu siapa yang akan menjadi Hulya, Keira, Jason, dan Sabina?

Semoga bermanfaat.


2 komentar:

Terima kasih atas kunjungannya, silahkan tinggalkan komentar anda di kolom ini !